``JogJa``

Tujuhbelas Agustus kemarin, gw beserta dua orang teman (awink n yoga “1094”) menghabiskan waktu bersejarah tersebut dengan pergi ke Jogja.
.
Sebuah rencana yang seharusnya menyertakan satu lagi teman kami yaitu mas pri, tapi karena beberapa minggu sebelum berangkat dia divonis, bahwa perutnya yang gendut itu harus dibongkar dikarenakan dokter melihat banyak barang-barang asing dalam perutnya seperti sendok, piring, meja makan berikut taplaknya.. (di saat proses operasi baru ketahuan kalo dia ada usus buntu, jadi sekalian deh di potong..) jadi dengan berat hati kami merelakan dia tidak ikut dalam petualangan kami (Yesss…..)

Berangkat dari kantor (gw dan awink satu kantor, yoga ga tau berangkat dari mana..) untuk mengejar kereta yang namanya aja belum tau, kami berdua lakukan dengan penuh ketidakpastian (apa sih …) menit-menit menuju bubaran kantor dihabiskan dengan mencari-cari refrensi kereta apa yang akan kita naiki nantinya, beberapa teman-teman kantor sudah mengingatkan sebelumnya bahwa tiket kereta sudah habis, tapi karena sudah pamit dengan segenap pengurus Rt dan Rw (bahkan sempat menolak pas ditunjuk jadi panitia 17an dengan alasan mau ke Jogja!!) mau ngga mau kita harus ke Jogja (bagaimana pun caranya!!!)



Pukul 17:00, waktunya ngacir…
 Setelah di timbang-timbang dan diukur-ukur akhirnya kami sepakat (gw sama awink versus yoga) bertemu di Stasiun Senen, karena dilihat secara geografis dan demografis (prett…) paling menguntungkan semua pihak.

Pukul 17:00 lewat 63 Menit
Akhirnya sampai juga di Stasiun Senen, awalnya clingak-clinguk kebingungan dimana stasiun keretanya tapi untungnya ada mba-mba baik hati yang menawarkan untuk mengikuti dia saja karena dia juga mau kesana, walau dalam keadaan takut diculik kami toh akhirnya mengikuti si mba-mba. Untungnya ga di culik dan akhirnya kami sampai juga distasiun, si yoga sudah nunggu dan tanpa memberikan kami kesempatan bernapas langsung mengabarkan kabar jelek kalo tiket kereta sudah abis semua, dan hanya tersisa tiket berdiri… dus sudah kadung akhirnya kami sepakat membeli tiket berdiri saja.

Diantara dua pilihan, pilih kelas bisnis yang seratus ribu rupiah ato kelas ekonomi yang tiga delapan ribu rupiah… akhirnya dengan pertimbangan bahwa kami bukan pebisnis dan lagi pula semasa kuliah gw jurusannya ekonomi awalnya si awink ga setuju, tapi setelah diyakinkan kalo dikereta ga ada kelas psikologi akhirnya dia setuju (si awink calon psikolog sob) kita beli tiket ekonomi dengan harapan tidak seseram yang digambarkan orang-orang..

Di tiket tertulis bahwa kami berangkat pukul 8:45 malam akan tetapi karena dengan alasan bahwa kami tinggal di negara yang tidak menerima adanya orang yang tepat waktu, kereta pun baru tiba pukul 9 lewat banyak itu pun dengan kondisi semua gerbong terisi penuh..

Toh terkadang apa yang kita pikirkan jelek belum tentu yang kita dapatkan jelek pula, setelah sempat berpikiran bahwa kelas ekonomi itu serba juelekkk-jueleeekkk akhirnya kami dihadapkan pada kenyataan bahwa kelas ekonomi tak sejelek yang kami bayangkan tapi lebih parah, lebih ancur dan yang pasti lebih jelek dari yang kami bayangkan…

Dengan kondisi bokong tergantung dan betis menegang kami dihadapkan dengan waktu yang berjalan sedemikian lambatnya…

30 Menit pertama 
semua berjalan-jalan baik-baik saja, bokong masih sehat, dengkul masih berfungsi, telapak kaki masih menapak..

Satu jam kemudian 
keadaan masih baik-baik saja, walau toh dengan kaki yang mulai terasa tidak berada pada tempatnya. 

Satu jam 30 menit,
dengkul mulai bergetar-getar, paha mulai kesemutan, betis tegang…. 

Satu jam 45 menit
hanya bisa berdoa semoga anak cucu tidak merasakan apa yang kami rasakan…

Dua jam kemudian, terlalu pedih untuk ditulis disini….
```bersambung```