Panic Buying ala Supir Angkot

Saya duga pasti pada berkenyit-kenyit tuh jidadnya baca judul tulisan ini di atas, yups pengalaman panic buying sempat saya rasakan saat saya berangkot-angkot dalam 3 bulan terakhir ini (hufh sebuah pengalaman yang menyenangkan...)

Panic buying atau pembelian karena panik menurut istilah pemasaran adalah saat dimana konsumen berada dalam kondisi psikologis yang membuat mereka tiba-tiba menjadi takut karena faktor luar yang seolah-olah mengancamnya. Barangkali, realitasnya tidak demikian, tetapi pada konsumen yang seperti mereka kemudian kehilangan keseimbangan, cenderung emosional, tidak rasional dan impulsif. Nah kondisi-kondisi yang mengancam tersebut muncul karena ada yang memicu dalam kasus saya ya si supir angkot dan asistennya itu.

Cara-cara yang para supir angkot dan keneknya untuk menciptakan panic buying umumnya seragam, memukul-mukul bodi bus sambil berteriak-teriak "terakhir, terakhir" atau "langsung jalan! langsung jalan!" padahal sih sebenarnya dia bukan bus terakhir dan setelah teriak langsung jalan umumnya ucapan itu terealisasi seperempat sampai setengah jam kemudian...

Oiya tadi saya dengar ancaman terbaru, lokasi di perempatan trakindo kondisi gerimis si kenek sambil memukul-mukul bodi bus dan agak terlompat-lompat (menurut saya agak berlebihan, mungkin dahulu alumni lenong ya.. :p) berteriak-teriak "daripada kehujanan lebih baik kedalam, hanya lima menit hanya lima menit sampai pasar rebo" hehe mungkin terinspirasi lagu coklat terbaru si kenek.

Dampaknya apa? bus yang mula-mula hanya diam dan sepi (yah walau semua bangku terisi tapi menurut ukuran bus kalo belum sampai masuk lewat pintu supir berarti masih kosong :D) hanya dalam tempo 30 detik bus langsung penuh sesak dan apakah setelah itu langsung jalan..?? ya ngga donk wong si kenek tetap teriak-teriak "kosong, kosong, langsung jalan, langsung jalan" gubrak!!

Terlepas dari cara yang kurang berprikemanusiaan toh si supir dan patnernya sukses menciptakan kondisi "panic buying", bagaimana menurut kamu?