Badai yang saya maksudkan disini adalah badai krisis yang sedang melanda dunia sekarang ini. Betul bahwa kondisi fundamental Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi 1997, akan tetapi kondisi yang cukup baik ini juga menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran baru di kalangan ekonom dan pelaku bisnis.
Seperti kita ketahui bersama sektor pasar uang dan pasar modal mencerminkan kondisi sektor riil dalam jangka waktu enam sampai tujuh bulan kedepan, jadi dengan kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun sampai 50% dari awal 2008 saat ini, ditakutkan dalam waktu enam sampai tujuh bulan kedepan kondisi sektor riil akan mengalami hal yang serupa. Setelah muncul sedikit optimisme dikalangan masyarakat, saat Indonesia (bersama India, China dan Brasil yang tergabung dalam new emerging market) menjadi bagian dalam G-20 (konfrensi 20 negara dengan ekonomi paling berpengaruh di dunia) belum lama ini.
Konfrensi ini penting bagi Indonesia, karena dengan ikut sertanya Indonesia menunjukan bahwa Negara kita diakui dunia sebagai salah satu negara berpengaruh di dunia secara ekonomi. Dalam konfrensi itu pula presiden SBY menawarkan beberapa solusi bagi permasalahan yang ada saat ini, dan para peserta konfrensi pun menyambut positif hal tersebut, akan tetapi hasil konfrensi alih-alih bersifat konkret terhadap perekonomian global hanya melahirkan wancana-wancana yang tidak berpengaruh langsung terhadap ekonomi global.
Beberapa hari yang lalu Jepang (menyusul Jerman) telah menyatakan negaranya dalam keadaan resesi, hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap perekonomian negara kita, dimana Jepang sampai saat ini masih menjadi negara tujuan ekspor utama Indonesia. Hal tersebut dikhawatirkan sebagian kalangan akan berimbas terhadap kondisi sektor riil di Indonesia.
Bukan hanya perekonomian Jepang yang harus dikhawatirkan saat ini, dengan pelambatan ekonomi yang terjadi disemua negara sekarang ini permintaan akan barang otomatis akan ikut menurun, pabrik tidak dapat menambah produksinya bahkan harus mengurangi produksi karena tidak mencapai skala keekonomiannya lagi dan pada akhirnya terjadi pemutusan kerja, pinjaman dari sektor perbankan kurang dimungkinkan karena tingkat suku bunga yang tinggi terlebih lagi perbankan sedang menjaga tingkat likuiditasnya.
Tahun 2009 tampaknya menjadi tahun yang suram bagi sektor riil, bagi sebagian kalangan menyakini hal tersebut tetapi bagi sebagaian lainnya selalu melihat garis perak dari sebuah badai.
Badai belum berlalu, itu pasti tetapi apakah kita siap melewati badai tersebut? itu yang penting.
No comments:
Post a Comment